Header Ads Widget

test

INFO

15/recent/ticker-posts

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA

    
DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP      PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Oleh Junaidi

Guru Matematika SMP Islam Integral Luqman AlHakim Batam


Sejak wabah pandemic covid-19 mendunia banyak tatanan kehidupan sosial masyarakat dunia mengalami perubahan tidak terkecuali di Negara Indonesia. Berbagai sektor di masyakarat mengalami dampak, baik itu sektor ekonomi, pariwisata, sosial budaya dan pendidikan.


Pada sektor ekonomi misalnya, kegelisahan masyarakat tampak jelas karena adanya berbagai pembatasan kegiatan, terutama masyarakat kalangan menengah kebawah yang mengandalkan gaji harian. Banyak pabrik atau perusahaan gulung tikar tidak sedikit terjadi PHK dimana-mana. Pekerjaan sulit dicari, sementara yang sudah bekerja terancam PHK, pedagang kaki lima berteriak histeris karena sepi pembeli. Dipersulit lagi dengan khawatir razia yang tiba-tiba. Kehidupan ekonomi masyarakat benar-benar berada pada kondisi yang menghawatirkan.


Pada sektor pariwisat misalnya, dengan adanya PSBB banyak tempat-tempat pariwisata harus tutup sementara.Banyak agen travel yang gulung tikar, karena rendahnya minat masyarakat untuk berpergian keluar daerah ketika masa libur. Ini juga diperparah dengan banyaknya syarat yang harus disiapkan jika ingin melakukan perjalanan lintas daerah, kota atau bahkan negara. Yang tidak sedikit tentu menambah beban biaya perjalanan tersebut.


Pada sektor pendidikan bahkan terkena dampak yang tidak kecil. Lembaga pendidikan diharuskan menjalankan proses kegiatan pembelajaran secara jarak jauh, yakni siswa belajar dan guru mengajar harus tetap berjalan meskipun peserta didik berada di rumah. Akibatnya, pendidik dituntut mendesain pembelajaran dengan memanfaatkan media daring (online). Hal ini sesuai dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Berbagai inisiatif dilakukan untuk memastikan kegiatan belajar tetap berlangsung meskipun tidak adanya sesi tatap muka langsung. Teknologi, lebih spesifiknya internet, ponsel pintar, dan laptop sekarang digunakan secara luas untuk mendukung pembelajaran jarak jauh.


Kebijakan pemerintah untuk melakukan pembelajaran secara daring tentu menimbulkan berbagai persoalan baik itu dari gurunya, sekolahnya, maupun siswa dan orang tua siswa yang ada di rumah. Dari gurunya misalnya, tidak semua guru memiliki fasilitas untuk mendesain pembelajaran daring ini dengan maksimal, sehingga tidak sedikit guru yang melakukan pembelajaran daring hanya sekedar memposting tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Pun, semisal gurunya memiliki fasilitas dan mampu mendesain pembelajaran yang kreatif dan inovatif agar peserta didik mampu menyerap materi yang disampaikan dengan maksimal belum tentu peserta didiknya yang memiliki fasilitas untuk mengikuti pembelajaran daring tersebut.


Tidak sedikit siswa dan orang tua yang mengeluhkan pembelajaran daring ini seperti yang diberitakan di televisi-televisi swasta, hal ini tentu bukan mereka tidak mendukung program pemerintah tetapi memang kondisi mereka yang tidak memungkinkan untuk mengikuti pembelajaran tersebut.Beberapa orang tua mengeluh tidak punya HP, beberapa lagi mengeluh punya HP hanya 1 dan itu harus dibawa ayahnya kerja, beberapa lagi mengeluh ada HP tetapi tidak mampu untuk membeli kuota dan lain sebagainya.


Setelah berjalan kurang lebih 1 tahun pembelajaran daring ini di sekolah kami, setiap akhir pekan pihak sekolah selalu berusaha untuk melakukan rapat koordinasi terkait permasalahan-permasalahan yang timbul selama seminggu permbelajaran.Banyak dewan guru yang mendapat pesan pribadi dari orang tua siswa terkait pembelajaran yang dirasa kurang efektif dan pertanyaan yang selalu muncul kapan mulai kembali lagi belajar di sekolah. Hal ini tidak terkecuali kami sebagai guru matematika di sekolah ini. Beberapa orang tua meminta untuk dilakukan pembelajaran via zoom atau gmeet khusus pada mata pelajaran matematika. Untuk itu kami mencoba melakukan apa yang menjadi usulan orang tua tersebut.


Kami coba fasilitasi pembelajaran daring via google meet, kami berikan link google meet jauh hari sebelum pembelajaran. Tidak lupa kami ingatkan agar mereka menginstall aplikasi gmeet di hp masing-masing, kami juga ingatkan usahakan kuota internetnya lancar dan usahakan diingat sisa kuota sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran via gmeet ini. Alhasil begitu hari H, ternyata masih banyak kendala, siswa yang bisa join tidak sampai setengah dari jumlah siswa di kelas tersebut.


Setelah ini terjadi kami coba komunikasikan kembali ke orang tua di kelas tersebut melalui wali kelasnya. Kami coba berikan pilihan apakah tetap belajar seperti biasa melalui google classroom, WA dan menonton video pembahasan soal dan penjelasan materi via youtube atau tetap mau mengikuti pembelajaran via google meet? Ternyata hampir semua orang tua merespon yang sama yaitu kembali seperti biasa saja.


Demikian dampak pandemic covid-19 ini terhadap pembelajaran matematika yang kami ampu. Semoga memberikan gambaran umum ke orang tua siswa, bahwa kami selaku guru matematika sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mendesain pembelajaran matematika semenarik mungkin, semudah mungkin, dan sesimpel mungkin agar siswa-siswa kami tetap bisa memahami setiap materi yang kami ajarkan. Semoga masa pembelajaran daring ini cepat berlalu, sehingga kita semua bisa kembali belajar secara tatap muka langsung di kelas masing-masing.


Berikut kami simpulkan kendala-kendala yang kami temui secara langsung maupun info dari siswa dan orang tua siswa beserta solusinya;

1.  Matematika adalah ilmu pasti dengan berbagai cara penyelesain untuk memecahkan masalah, sehingga tidak cukup hanya memberikan ringkasan di google classroom tetapi juga harus menyiapkan rekaman video bagaimana langkah-langkah penyelesaian tiap materi yang disampaikan.

2.  Matematika memang lebih maksimal disampaikan secara langsung (via google meet atau zoom), tetapi banyak hp siswa yang tidak support dan kuota internet lebih boros. Sehingga keputusan akhir tetap memaksimalkan google classroom, google form, WA grup dan youtube.

3.  Pembelajaran via google classroom kurang interaktif sehingga siswa cenderung merasa hanya diberikan tugas setiap pembelajaran. Solusi yang kami berikan adalah siswa bisa bertanya di kolom komentar yang ada di google classroom atau bisa langsung japri via WA jika ada materi atau soal-soal yang tidak dipahami.